Taman Hutan Raya (Tahura) Ir. H. Djuanda Bandung

Keluarga saya paling suka berwisata alam. Untuk mengisi liburan di akhir pekan atau ada libur panjang, kami biasanya mencari area terbuka untuk mencari kesegaran. Apabila waktu yang tersedia cukup panjang, beberapa kali kami memilih untuk mendaki gunung dan bermalam di sana. Namun apabila waktunya hanya sehari dua hari, kami memilih lokasi yang dekat. Berkemah di Gunung Manglayang atau mencari udara segar di taman kota seperti Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda.

Taman Hutan Raya (Tahura) Ir. H. Djuanda Bandung

Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda Bandung

Lokasi Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda atau Tahura cukup dekat dengan tempat tinggal kami. Hanya sekitar satu jam menggunakan mobil menuju lokasi. Tahura merupakan tempat pilihan keluarga saya untuk mendapatkan udara segar. Luas hutan raya ini mencapai 590 ha, membentang dari Dago Pakar hingga Maribaya Lembang. Memuat berbagai macam pohon besar yang menyediakan oksigen melimpah.

Tidak heran apabila Tahura dikatakan juga sebagai paru-paru kota. Sebenarnya bukan hanya paru-paru kota Bandung, bahkan paru-paru di sepanjang Pulau Jawa-Bali. Tahura Djuanda ini tidak hanya kaya dengan berbagai macam flora tetapi juga dihuni oleh berbagai jenis fauna. Dan hewan yang paling banyak terlihat adalah monyet. Kita dapat menemukan monyet ekor panjang bergelayutan di atas pepohonan.

Mengenal Ir. H. Djuanda

Sebelum bercerita lebih jauh tentang keasrian yang disajikan oleh Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda lebih baik kita kenali dahulu tokoh yang dijadikan nama taman kota tersebut. Nama Ir. H. Djuanda ini diambil dari nama salah satu pahlawan negeri ini. Bapak Ir. H. Djuanda merupakan Perdana Mentri yang menjabat di akhir era demokrasi parlementer. Beliau memiliki jasa besar dalam deklarasi Djuanda yang terjadi pada tanggal 13 Desember 1957.

Isi deklarasi yang dihasilkan menyatakan bahwa semua pulau dan laut nusantara merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Sebelum adanya deklarasi tersebut, negara-negara internasional hanya mengakui batas laut teritorial yaitu 3 mil laut dari garis pantai terendah. Hal tersebut tentunya berbahaya bagi kedaulatan negara kita yang terdiri dari pulau-pulau yang terpisah oleh perairan internasional.

Dengan adanya deklarasi Djuanda maka tidak ada lagi perairan internasional yang terjepit di antara pulau-pulau negara kia. Karena batas negara diukur dari kepulauan terluar.

Untuk mengenang Jasa Ir. H. Djuanda yang luar biasa ini, akhirnya diabadikan sebagai nama taman hutan kota yang ada di Bandung. Diresmikan oleh Gubernur Mashudi pada tanggal 23 Agustus 1965, taman hutan sekaligus kebun raya itu dinamakan Kebun Raya Rekreasi Ir. H. Djuanda. Pengelolaan kebun raya ini sekarang berada di bawah Perum Perhutani Jawa Barat.

Objek Wisata di Taman Hutan Raya (Tahura) Djuanda

Para wisatawan yang mengunjungi Tahura dapat menikmati banyak objek wisata yang bisa dinikmati bersama keluarga dan teman. Berikut ini objek wisata yang ada di Kawasan Tahura Djuanda Bandung.

1. Goa Jepang

Goa yang memiliki beberapa ruangan di dalamnya ini dibangun pada masa penjajahan Jepang di Indonesia yaitu pada tahun 1942-1945. Goa yang memiliki 4 pintu masuk dan beberapa lubang ventilasi ini terletak sekitar 600 m dari pintu gerbang Tahura Dago.

Menyusuri ruangan yang ada di dalam goa, pengunjung harus menggunakan penerangan. Di sekitar pintu goa, ada beberapa petugas yang menawarkan penyewaan senter. Goa Jepang ini terdapat lorong-lorong labirin dan ada beberapa ruang kecil di dinding yang digunakan sebagai tempat penyimpanan. Lantai Goa Jepang masih berbentuk tanah, sehingga kita harus berhati-hati ketika menyusuri ruangan di dalamnya

Goa yang dibangun dengan sistem kerja paksa romusha ini dilakukan oleh masyarakat pribumi di bawah pengawasan tentara Jepang. Konon menurut cerita masyarakat sekitar, di dalam goa yang tidak ada ujungnya tersebut, suka terdengar suara rintihan pekerja romusha yang disiksa hingga meninggal dunia.
Goa Jepang Taman Hutan Raya (Tahura) Bandung

2. Goa Belanda

Keadaan goa yang dibangun di masa penjajahan Belanda ini berbeda dengan Goa Jepang. Goa yang terletak 50 meter dari Holland Café memiliki ujung yang tembus ke sisi lain daerah Tahura. Bentuknya seperti terowongan sepanjang 100 meter dengan lantai yang sudah diplester.

Di samping lorong utama goa yang panjang, kita dapat melihat lorong-lorong di sisinya. Konon lorong di kanan kiri lorong utama itu merupakan tempat penyiksaan para pekerja paksa oleh tentara Belanda.

Goa Belanda Taman Hutan Raya (Tahura) Bandung

3. Holland Café

Selain menikmati tempat bersejarah, wisatawan juga dapat menikmati kuliner di Holland Café. Tempat makan ini terletak sekitar 50 meter dari Goa Jepang. Tidak hanya menikmati makanan yang beragam, pengunjung juga bisa menyewa kostum ala masyarakat Belanda.

Terdapat dua pilihan bagi pengunjung yang mau menikmati hidangan di café tersebut. Kita bisa menikmati aneka menu di dalam café atau di luarnya sambil menikmati suasana hutan dan lembah yang ada di sampingnya.

Holland Cafe Taman Hutan Raya (Tahura) Bandung


4. Curug Koleang

Curug adalah kata dalam bahasa Sunda yang berarti air terjun. Air terjun ini berada sekitar 1,1 km di bawah jembatan gantung yang menjadi akses menuju ke Penangkaran Rusa. Air yang mengalir di Curug Koleang merupakan aliran Sungai Cikapundung. Tinggi air terjunnya pun tidak terlalu tinggi hanya sekitar 1 meter saja.

5. Penangkaran Rusa

Penangkaran Rusa yang berada di Tahura berisi sekitar 10 ekor rusa. Pengunjung bisa memberi makan rusa dengan wortel yang sudah disediakan oleh warung-warung yang ada di sekitar lokasi penangkaran.
Untuk menuju ke penangkaran rusa, pengunjung harus berjalan kaki sejauh 400 meter menyusuri jalan setapak yang berada di samping jurang Sungai Cikapundung. Pengunjung sebaiknya berhati-hati ketika menyusuri jalan setapak karena kontur jalannya masih berupa tanah yang bisa licin terutama jika ada air menggenang.

6. Curug Omas Maribaya

Curug Omas merupakan objek wisata terakhir yang berada di sepanjang jalan setapak antara Dago Pakar hingga Maribaya. Dari gerbang Tahura Dago, air terjun ini bisa ditempuh dalam waktu 3 jam dengan kondisi jalan yang menanjak.

Tinggi Curug Omas sekitar 10 meter. Letak puncak atas air terjun berada sejajar dengan lokasi wisata. Sehingga wisatawan hanya bisa menikmati air terjun dari atas jembatan.
Sayangnya terlihat banyak sampah plastik ketika kita menengok ke bawah air terjun. Air yang mengalir pun terlihat kotor dan tidak jernih. Sayang sekali, deh!

Semoga ke depannya pengelola tempat wisata bisa mengantipasi tercemarnya tempat wisata dari plastik sampah. Dan tentu saja sangat diharapkan adanya dukungan dari wisatawan yang berkunjung ke sana untuk tidak membuang sampah sembarangan.

Selamat berwisata!

Posting Komentar

0 Komentar