Berbicara tentang Kota Bandung, kita tidak akan pernah melewati bahasan tentang keindahan alam, kekayaan budaya dan aneka kulinernya yang menggiurkan. Salah satunya keberadaan bangunan kolonial sisa Hindia Belanda yang masih berdiri kokoh dan dibiarkan seperti bentuk aslinya yang ada di Jalan Asia Afrika Bandung.
Jalan yang berada di dekat alun-alun Bandung ini merupakan jalan utama yang dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda dan terdapat bangunan- bangunan megah yang dibuat dengan tujuan untuk mempermudah jalannya pemerintahan. Hingga kini, semua bangunan tersebut masih awet, bagus dan terlihat kokoh. Beberapa di antaranya digunakan sebagai kantor bank swasta.
Gedung N.I. Escompto Mij
Di ujung Jalan Asia Afrika, persis berada di seberang Masjid Agung Bandung terdapat bangunan kolonial bekas Bank N.I. Escompto Mij. Bank tersebut merupakan bank pertama yang ada di Kota Bandung. Gedung N.I. Escompto Mij dibangun dengan menggunakan gaya arsitektur Art Nouveau yang didominasi ornamen penghias gedung.
Bank N.I. Escompto Mij didirikan pada tahun 1857, dan pada pertengahan tahun 1945 diambil alih oleh pemerintah dan diubah menjadi Bank Dagang Negara. Sampai akhirnya dimerger bersama bank lainnya dan menjadi Bank Mandiri hingga sekarang.
Gedung N.I. Escompto Mij |
Letaknya yang persis berada di pertigaan jalan, membuat gedung ini jarang mendapat perhatian orang yang lewat. Lalu lintas kendaraan yang lewat, selalu fokus dengan lampu lalu lintas yang ada di ujung jalan tersebut. Namun jika anda berada di pelataran samping Masjid lalu memandang ke arah seberang jalan, bisa dengan leluasa menikmati bangunan kolonial yang indah dan terlihat masih kokoh.
Gedung Merdeka
Bangunan sisa kolonial berikutnya yaitu Gedung Merdeka. Bangunan yang satu ini merupakan gedung yang paling terkenal di Jalan Asia Afrika. Karena di tempat inilah, diadakan Konferensi Tingkat Tinggi Asia Afrika pada tahun 1955. Gedung ini menempati areal seluas 7.500 meter persegi.
Gedung Merdeka yang dahulunya bernama Sociëteit Concordia dibangun pada tahun 1895. Pada tahun 1926 direnovasi oleh Wolff Schoemacher, Aalbers dan Van Gallen. Gedung yang berada di bagian tengah jalur Jalan Asia Afrikaini dulunya dipergunakan sebagai tempat rekreasi dan sosialisasi oleh sekelompok masyarakat Belanda. Mereka itu merupakan pegawai perkebunan, pembesar, pengusaha, perwira dan kalangan lainnya yang memiliki perekonomian menengah ke atas. Pada hari libur, tempat tersebut dipenuhi oleh mereka untuk berdansa, makan malam atau menonton pertunjukan kesenian.
Saat ini Gedung Merdeka digunakan sebagai museum yang berisi berbagai barang koleksi dan foto tentang Konferensi Asia Afrika dan merupakan awal Gerakan Non-Blok pertama yang diadakan pada tahun 1955.
Arsitektur bangunan ini kental sekali dengan nuansa art deco. Lantainya terbuat dari marmer buatan Italia yang mengilap dan bagian dalam ruangan terbuat dari kayu cikenhout. Sedangkan penerangan yang ada di Gedung Merdeka memakai lampu kristal yang digantung.
Gedung De Vries
Di seberang Gedung Merdeka, kita juga bisa menemukan bangunan sisa zaman kolonial. Gedung De Vries dahulunya merupakan toko serba ada milik orang Belanda yang bernama Andreas de Vries. Dia datang ke Bandung pada tahun 1899 dan tercatat sebagai orang Eropa ke 1.500 yang ada di Kota Bandung.
Keberadaan toko de Vries terkenal hingga seluruh kota, menyediakan berbagai barang kebutuhan seperti makanan, pakaian, sepatu, kain dan obat-obatan.
Di sisi luar bangunan tampak tulisan berbahasa Belanda yang tertulis di atas kusen jendela. Sebelum ini kami kira tulisan itu menerangkan kegunaan gedung sisa kolonial tersebut. Ternyata tulisan tersebut berisi informasi mengenai toko-toko dan barang yang dijual di toko serba ada tersebut. Seperti misalnya sigaren yang berarti cerutu, landbouwbenodigdheden yang artinya keperluan pertanian, kunst boek en apierhandel yaitu toko kesenian, buku, dan kertas, porcelein glass yang berarti barang pecah belah, meubelen yaitu perabotan rumah tangga, venduhouders adalah balai lelang, dan dranken provisien yang artinya minuman beralkohol.
Toko serba ada De Vries ini dahulunya menjadi langganan para sosialita yang ada di Kota Bandung. Sehingga keberadaannya dianggap sebagai salah satu pemicu perkembangan kawasan di sana sebagai pusat perbelanjaan.
Hotel Savoy Homann
Salah satu hotel tertua yang ada di Kota Bandung yaitu Hotel Savoy Homann. Hotel dengan arsitektur bergaya gothicini merupakan hotel yang dibangun oleh warga negara Jerman bernama Homann. Kala itu bangunannya masih berupa rumah tinggal yang terbuat dari bambu. Pada tahun 1880 bangunannya dipugar dan diganti dengan batu bata.
Pada perkembangannya di tahun 1939, tempat penginapan tersebut dipugar oleh arsitek kenamaan Belanda yaitu A.F. Aalbers. Waktu itu Aalbers mendesain hotel tersebut menjadi bangunan tiga lantai bertema hyper-modern Artdeco Streamline dan masih dipertahankan hingga saat ini. Hotel Homann sangat dikenal oleh masyarakat karena digunakan sebagai tempat menginap para penyelenggara negara yang mengikuti Konferensi Asia Afrika di Gedung Merdeka pada tahun 1955
Gedung Nedhandel NV.
Masih di sekitar Jalan Asia Afrika, berseberangan dengan salah satu sudut alun-alun Kota Bandung, terdapat gedung Nedhandel NV. Gedung yang satu ini masih terawat keindahannya. Berwarna putih bersih dengan gaya arsitektur neo classic atau art deco ornamental. Model arsitektur yang sedang digemari pada saat itu. Namanya begitu khas, sesuai dengan zaman ketika bangunan tersebut dibuat yaitu Nedhandel NV.
Bangunan Nedhandel NV pada mulanya dimiliki oleh Nederlandsche
Handel Maatschappij NV, sebuah perusahaan yang berdiri sejak tahun 1824 dan berpusat di Amsterdam Belanda. Menurut keterangan yang diambil dari buku Bandung: Kilas Peristiwa di Mata Filatelis, Sebuah Wisata Sejarah yang ditulis oleh Sudarsono Katam Kartodiwirio, perusahaan Nederlandsche
Handel Maatschappij NV adalah perusahaan dagang lalu beralih menjadi perusahaan perbankan.
Gedung Swarha
Sesuai dengan tulisan besar yang ada di atap gedung, Gedung Swarha merupakan bangunan kolonial yang berada di seberang kantor Pos dan Giro dan berada di sebelah Mesjid Agung Bandung. Sebagian besar masyarakat mengenal gedung ini sebagai Swarha Islamic.
Gedung Swarha awal mulanya dibangun untuk dijadikan hotel dan pertokoan. Bangunannya terdiri dari 5 tingkat, lantai dasarnya berfungsi sebagai pertokoan dan empat lantai yang ada di atasnya dimanfaatkan sebagai hotel. Sebenarnya gedung yang sekarang ini bukanlah bentuk aslinya. Sudah ada perombakan yang membuat keunikannya hilang. Dulunya gedung ini dibangun dengan gaya arsitektur eklektik dengan atap tumpuk seperti atap bangunan Cina.
Kabarnya, gedung tersebut sengaja dirobohkan dan dibangun ulang menjadi bentuknya seperti sekarang ini. Selama ini kami hanya melihat sebuah bangunan yang kosong, tidak digunakan apa-apa di bagian atasnya, ternyata gedung ini memang sedang bermasalah. Konflik antar pewaris dan konflik dengan pemerintah sempat mewarnai permasalahan gedung ini. Sayang sekali, bangunan bersejarah sisa kolonial tidak bisa dimanfaatkan kembali.
Semoga Gedung Swarha bisa dimanfaatkan kembali seperti gedung kolonial lainnya yang ada di Kota Bandung. Sehingga generasi muda bisa melihat dan belajar dari sejarah serta kekokohan bangunan zaman kolonial yang ada di Kota Bandung.
25 Komentar
Halo mba Nurul. Aku senang loh bisa berkunjung ke tempat bersejarah seperti ini. Ada bangunan peninggalan yang aku harapkan bisa dilestarikan
BalasHapusAku udah lama gak main ke bangunan tua apalagi yang bersejarah kaya gini. Rasanya tuh seru meski aku bukan penggemar sejarah. Minimal jadi tahu dan nambah ilmu
BalasHapusPas ke Bandung di tahun 2015 dan 2016 lalu. Belum sempat lihat daerah ini euy. Jarang keluar rumah juga sih. Eh atau sempat lewat, tapi sayanya gak perhatikan ya?
BalasHapusWah bangunan kolonial ini biasanya sangat dicari oleh para pecinta warisan budaya kota atau urban heritage.
BalasHapusBangunan yang memiliki nilai sejarah, estetika sekaligus kontroversi!
Merupakan tantangan tersendiri untu tetap mempertahankannya.
Wah, aku pernah kesini mbk. Sekali mendadak jalan ke Bandung, cari penginapan dekat alun alun. Terus jalan jalan keliling kota, bangunannya jadul dan bersejarah semua
BalasHapusGedung kuno di Bandung banyak ya dan Alhamdulillah terawat jadinya berkeliling untuk menikmatinya juga lebih nyaman serasa terlempar ke masa lalu..
BalasHapusPaling suka lihat Gedung N.I. Escompto Mij. Keliatan banget desain kolonialnya. Semoga konflik gedung Swarha cepet selesai ya. Sayang kalau kosong dan nggak terawat.
BalasHapusSepanjang kawasan jalan Asia Afrika sampai alun-alun kota Bandung memang banyak sekali tempat bersejarah...Apalagi kawasan ini sepertinya benar-benar dijaga sama pemerintah jadi pas datang juga kita bisa benar-benar menikmati dan belajar
BalasHapusAku kayanya berapa kali ke bandung belum tau alun-alunnya. Taunya daerah wisata sama wisata belanja aja. Wkwkwk. Padahal asik ya
BalasHapusKalau jalan-jalan ke Jalan Asia Afrika kayak ngulang sejarah lagi ya. Aku juga suka jalan ke sana kalau pas lagi di Bandung. Ramai pula.
BalasHapusHotel Savoy Homann walaupun tergolong hotel tertua tapi masih berdiri kokoh dan banyak juga dijadikan tempat menginap wisatawan di Bandung ya. Seru juga ya jalan-jalan di kota Bandung lihat bangunan kolonial yang masih berdiri
BalasHapusKangen sekali sama Bandung Ya Allah.
BalasHapusAku suka sama bangunan2 itu apalagi saat malam, kyk megah gtu. Semoga saja bangunan2 itu tetap awet selamanya ya dan dirawat baik2 selalu sama pemkotnya
setiap kali lewat ke area bangunana kolonial di Bandung ini rasanya pengen turun trus pepotoan deh, cakep banget ya
BalasHapusSebagai bekas kota kolonial, Bandung yang juga pernah dijuluki Paris van Java, emang jadi tempat cantik untuk melihat gedung-gedung bersejarah itu ya Mbak. Untuk memotret pastinya banyak objek dan sudut yang bisa kita eksplorasi
BalasHapusberkunjung ke bangunan bangunan bersejarah spt ini itu menyenangkan buat saya mbak..
BalasHapusdan senang sekali pas ke bandung juga mmapir ke beberapa tempat yg mbak tulis ini
Wah serasa diajak jalan-jalan dengan membaca cerita pengalaman mba Nurul.
BalasHapusAku jadi kangen Bandung setelah sekian tahun belum kesana lagi. Beberapa gedung itu pernah masuk dalam cerita kehidupanku
Wah, banyak ya bangunan kolonial di kota Bandung. Yang pernah kukunjungi Gedung Merdeka. Terus pernah nginep di Savoy Homann waktu baru-baru pindah Jakarta main ke Bandung.
BalasHapusTapi belum puas nih jelajah wisata bersejarah di Bandung. List ini bisa dijadikan itinerary nih
Banyak juga yaa bangunan kolonialnya. Aku belom pernah explore kebanyakan tempat di sebut mba, cuma tau gedung merdeka aja dan gak bener2 berhenti gitu
BalasHapusAku ke Bandung sempat pepotoan di Braga sama masjid agung. Semuanya kece. Ntar kalo main ke Bandung mampir sini ah
BalasHapusDI Garut juga banyak bangunan-bangunan yang dibangun oleh Hindia Belanda bahkan ada satu hotel yang terkenal yang dulu sering dikunjungi oleh para pesohor zaman itu untuk sekadar refresing di Kota yang mereka juluki Swiss van Java. Sayang hotelnya terbakar.
BalasHapuswah ternyata banyak juga manfaat piknik ke tempat beesejarah ya...Pengen ngajak anak2 lagi ke temat2 ini..
BalasHapusTeteeh...bagus banget.
BalasHapusAku yang pendatang jadi tahu sejarah mengapa jalan Asia-Afrika ini penuh kenangan.
Semoga gedunh2 itu bisa terawat terus sampe nanti anak cucu liat setidaknya ada unsur sejarah disamping emang estetika banget sih dilihatnya
BalasHapusbangunannya bagus2, mirip dg yg di surabaya, ada banyak bangunan dg model begini. mungkin karena sama2 dibangun di masa kolonial dulu yaaa. hebat...masih kokoh hingga detik inu
BalasHapussaya sempat ke bandung 2 hari 1 malam dan mendapati bangunan yang tampak kolonial gitu, sayangnya saya belum bisa menjelajahi lebih dlam karena keterbatasan waktu. pengen deh sekali waktu ke bandung lagi dan mampir ke bangunan-bangunan kuno ini
BalasHapusTerima kasih sudah berkunjung. Mohon tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar ya...