Pertanian Urban untuk Ketahanan Pangan

Halo sobat wisatajalanjajan!

Pada kesempatan ini mari kita ngobrol santai kembali tentang ketahanan pangan yang diterapkan di rumah. Seperti yang telah dibahas di tulisan sebelumnya, ketahanan pangan penting sekali untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga. Dengan memiliki ketahanan pangan sendiri artinya kita mengurangi ketergantungan dari pihak luar sekaligus memudahkan untuk menyediakan makanan segar.

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk memenuhi ketahanan pangan keluarga, seperti menanam sayur dan buah, beternak dalam skala kecil, atau perikanan. Nah, kali ini mari kita bahas mengenai urban farming atau pertanian urban untuk memenuhi ketahanan pangan.

Pertanian Urban untuk Ketahanan Pangan

Pertanian Urban (Urban Farming) 

Sebenarnya menyediakan ketahanan pangan tidak harus menggunakan pola konvensional yang membutuhkan lahan luas. Terutama bagi masyarakat yang tinggal di kota, kini kita bisa beternak dan bertani dengan metode pertanian perkotaan. Artinya kita masih bisa menghasilkan pangan meskipun dengan lahan terbatas.

Apa yang Dimaksud Urban Farming?

Definisi urban farming menurut Bareja, 2010, merupakan kegiatan budidaya tanaman atau memelihara hewan ternak di dalam dan di sekitar wilayah kota besar atau kota kecil untuk memeroleh bahan pangan atau kebutuhan lain dan tambahan finansial. 

Selain itu, kegiatan yang termasuk urban farming yaitu pemrosesan hasil panen, pemasaran, dan pendistribusian produk hasil dari kegiatan tersebut.

Dilihat dari segi ekonomi, kegiatan urban farming ini dapat membantu mengurangi pengeluaran rumah tangga terutama di sektor pemenuhan kebutuhan pangan, bahkan berpotensi menghasilkan pendapatan tambahan ketika hasil panen melimpah.

Sedangkan untuk sektor lingkungan, manfaat urban farming bisa menambah ruang hijau perkotaan, mengurangi efek pemanasan global, dan membantu membersihkan udara dari polusi.

Penerapan Urban Farming di Rumah 

Munculnya ide urban farming sendiri berkembang sebagai solusi dari masalah kehidupan di perkotaan. Padatnya bangunan di perkotaan membuat makin berkurangnya lahan untuk pertanian. Hal ini memicu orang-orang yang memiliki kemampuan dan pengetahuan di bidang pertanian untuk memanfaatkan potensi sumber daya sekitar. Tujuannya untuk membudidayakan tanaman pangan di lahan terbatas secara maksimal.

Penerapan urban farming yang bisa dilakukan di rumah antara lain metode hidroponik, polybag, vertikultur, atau memanfaatkan roof top. Nah sekarang, mari kita bahas satu persatu!

Bercocok Tanam Hidroponik 

Hidroponik merupakan metode bercocok tanam yang dianggap inovatif, efisien, dan memberikan solusi bagi kebutuhan pangan keluarga. Metode hidroponik ini tidak begitu sulit, asalkan kita memahami prinsip-prinsip hidroponik.

Ciri khas bertanam dengan metode hidroponik yaitu menggunakan air sebagai media tanamnya. Dalam metode ini, akar tanaman akan dibiarkan menyentuh langsung dalam larutan nutrisi yang mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman.

Keuntungan menggunakan metode hidroponik yaitu media tanamnya tidak menggunakan tanah melainkan memakai air. Penggunaan air dianggap lebih efisien karena unsur hara yang biasanya diperoleh dari tanah digantikan dengan nutrisi buatan yang dilarutkan dalam air. Selain itu, waktu pertumbuhan tanamannya  singkat, hingga hasil panen yang lebih cepat dan melimpah.

Bertanam dengan sistem hidroponik harus memerhatikan nutrisi dalam media tanam, suhu dan intensitas cahaya. Pada umumnya, lahan sekitar 1 x 2 meter dapat menghasilkan sekitar 20-25 tanaman dalam sekali siklus tanamnya.

Sistem tanam hidroponik untuk ketahanan pangan

Menanam Menggunakan Polybag

Menyiasati pemenuhan kebutuhan pangan di lahan terbatas dapat juga dilakukan dengan menggunakan polybag. Berkebun dengan metode polybag adalah memanfaatkan kantong plastik sebagai wadah pengganti pot.

Bertanam di polybag memudahkan kita dalam melakukan perawatan dan pengendalian hama, serta cocok dilakukan di lahan terbatas seperti teras atau balkon.

Media tanam yang dibutuhkan pun terbilang sederhana yaitu menggunakan tanah, kompos, dan arang sekam. Ketiga media tanam tersebut dicampur dengan perbandingan 2:1:1. Menanam menggunakan metode polybag dianggap hemat biaya karena alat yang digunakan cukup sederhana.

Metode Tanam Vertikultur 

Masalah ketersediaan lahan pertanian juga memunculkan sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat. Biasanya sistem vertikultur ini menggunakan wadah atau bangunan tertentu untuk penanaman, disesuaikan dengan kondisi tempat dan keinginan.

Bagi sebagian orang, sistem bertanam secara vertikultur ini sekilas tampak rumit. Padahal sebenarnya sistem tanam ini mudah dilakukan. Dapat dilakukan baik di dalam maupun luar ruangan, sangat cocok sebagai solusi bertanam di lahan terbatas.

Sebagai bahan pertimbangan untuk memilih sistem vertikultur untuk bercocok tanam, mari kita lihat keuntungannya. Sistem vertikultur ini dinilai efisien karena dapat memuat berbagai jenis tanaman dalam satu area terbatas. Karena ditanam dalam wadah yang mudah dikontrol, sistem ini mengurangi penggunaan pupuk dan pestisida. Selain itu tanaman yang ditanam menggunakan sistem vertikultur dapat dipindahkan dengan mudah.

Jenis tanaman yang ditanam dengan sistem vertikultur diantaranya kangkung, selada, bayam, tanaman hias, dan tanaman obat. Sedangkan wadah tanaman biasanya menggunakan polybag, pot, atau paralon yang disusun secara vertikal.

Bertanam Memanfaatkan Roof Top 

Memanfaatkan bagian atap rumah atau bagian lantai atas rumah sebagai lahan pertanian juga bagian dari urban farming. Hal penting yang harus diperhatikan saat memilih memanfaatkan roof top sebagai tempat bercocok tanam adalah kekuatan konstruksi bangunan. Karena selain sebagai tempat untuk bercocok tanam, tempat itu juga harus bisa menahan beban orang yang beraktivitas di atasnya.

Perhatikan juga sistem drainase yang baik untuk mencegah genangan air yang bisa merusak atap. Pemilihan tanaman pun harus disesuaikan dengan kondisi iklim dan pencahayaan di roof top. Gunakan media tanam yang ringan dan menyuburkan tanaman.

Manfaat bercocok tanam di roof top selain bisa menyediakan kebutuhan pangan juga berfungsi sebagai peredam panas matahari yang masuk ke dalam rumah, tempat bersantai, serta memperindah rumah karena memberikan sentuhan hijau dan estetika.

Yuk, Menerapkan Urban Farming (Pertanian Urban)!

Tren pertanian urban sudah menjadi bagian gaya hidup sehat. Alasannya karena dianggap menerapkan sistem penanaman organik yang tidak menggunakan pupuk kimia dan pestisida. Urban farming juga dapat menciptakan lingkungan yang nyaman dan sehat.

Apabila sistem pertanian urban ini dapat diterapkan oleh masyarakat banyak, bisa menciptakan banyak kegiatan produktif untuk pemberdayaan masyarakat dan menunjang perekonomian masyarakat. 

Diakui atau tidak, sistem urban farming juga memiliki dampak negatif. Ketika penerapannya kurang baik, hasilnya pun tidak akan maksimal. Investasi awal yang harus dilakukan pun terbilang lebih besar dibandingkan dengan pertanian konvensional. 

Tidak hanya biaya yang lebih besar dan kurang maksimal dalam penerapannya, pertanian urban juga memerlukan keterampilan, pengetahuan, serta sarana pendukung untuk mencegah kegagalan praktik pertanian urban. Kelalaian dalam perawatan juga bisa memicu berkembangnya nyamuk yang menjadi sumber penyakit.

Meskipun begitu, potensi pertanian urban cukup besar untuk dikembangkan. Selain dapat menyediakan kebutuhan pangan keluarga, bercocok tanam dengan sistem urban farming juga menguntungkan secara ekonomi.

Baca juga: Merintis Ketahanan Pangan di Rumah

Penggiat urban farming dapat merasakan pemangkasan biaya konsumsi rumah tangga terhadap ketersediaan pangan segar. Ada kesempatan juga untuk menambah penghasilan ketika hasil panen melebihi kebutuhan.

So ... melihat berbagai keuntungan yang diperoleh dari pertanian urban, tidak ada alasan lagi untuk mulai berkebun di rumah, bukan? Yuk, manfaatkan lahan terbatas yang ada di rumah untuk meningkatkan ketahanan pangan! 

Have a nice day

Posting Komentar

8 Komentar

  1. Keren informasinyan. Menarik untuk diterapkan ini buat pecinta tanaman aplagi bercocok tanam di kebun. Sangat bermanfaat infonya ini 😊

    BalasHapus
  2. Pertanian urban ini bisa macam-macam ya mbak. Kalau aku lebih suka sistem tambulampot. Seperti tanam lombok besar dan kecil jadi satu pot besar. Lalu, juga ada tomat dan beberapa tanaman toga. Meski tidak punya lahan, setidaknya pot bisa jadi penyelamat urban farming.. :D

    BalasHapus
  3. Urban farming makin relevan di zaman sekarang. Cocok banget buat gaya hidup sehat dan mandiri pangan.

    BalasHapus
  4. Berkebun di rumah dengan konsep urban farming ini sepertinya semakin digalakkan ya. Masyarakat juga sudah mulai bercocok tanam di tanah pekarangan dll sesuai kebutuhan dan menjadi kesenangan harian. Meningkatkan gaya hidup sehat dan pola makan yang bernar itu wajib. TFS.

    BalasHapus
  5. Mbak, saya selalu amaze sama orang-orang yang bergerak di bidang pertanian. Lagi cari-cari informasi pengen bikin lahan belakang rumah lebih produktif. Keknya hidroponik seru juga tuh

    BalasHapus
  6. Inspiratif...terlihat tak mungkin padahal bisa ya dilakukan urban farming ini, keterbatasan lahan ada solusinya. Apalagi ada kesempatan juga untuk menambah penghasilan ketika hasil panen melebihi kebutuhan.

    BalasHapus
  7. banyak ragamnya ya ternyata pertanian ini, buat yang ada di kota dan kekurangan lahan bisa banget menurutku pakai pertanian urban ini jadi solusi, gak butuh banyak tempat dan malah bisa jadi awal buat hidup sehat juga

    BalasHapus
  8. Menarik untuk mencoba urban farming, karena ternyata dilahan sempit ukuran 1 x 2 bisa untuk 20 tanaman.

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung. Mohon tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar ya...