Kota Indramayu merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang kaya dengan hasil alamnya seperti buah-buahan. Hasil panen buah yang melimpah di Kota Indramayu adalah buah mangga. Selain buah mangga, Indramayu juga terkenal sebagai penghasil buah pisang. Pada tahun 2023 berdasarkan data dari BPS Indramayu, produksi pisang di daerah tersebut bisa mencapai 48.543 kuintal.
Budidaya pohon pisang menjadi salah satu peluang yang dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indramayu. Warga Indramayu mengolah buah pisang menjadi berbagai jenis makanan yang sudah terkenal hingga pelosok negeri. Selain buah, masyarakat Indramayu menggunakan daun pisang sebagai pembungkus makanan dan masyarakat juga memanfaatkan batang pisang untuk menambal tanggul sungai.
Mengolah Limbah Pohon Pisang
Tanaman pisang yang banyak tumbuh di Indramayu dimanfaatkan dan dijadikan peluang untuk meningkatkan ekonomi masyarakat di sana. Mayoritas warga Indramayu memanfaatkan pohon pisang di bagian buah, daun, dan batangnya. Pohon pisang itu kebanyakan ditebang setelah dirasakan tidak produktif lagi. Dari penebangan pohon pisang, ada bagian yang kerap ditinggalkan yaitu bonggolnya. Bonggol-bonggol pisang yang dibiarkan begitu saja, lama-lama akan membusuk dan meninggalkan bau yang tidak sedap.
Bonggol pisang memang masih jarang dimanfaatkan untuk dikonsumsi. Padahal kandungan gizi dan seratnya cukup tinggi. Bila diolah menjadi beragam jenis makanan, bonggol pisang yang dianggap sebagai limbah, bisa berdaya guna dan bernilai ekonomis.
Peluang memanfaatkan limbah pisang ini ternyata menarik perhatian seorang pemuda dari Kota Indramayu. Hera Wijaya merupakan sosok pemuda yang mampu mengolah bonggol pisang menjadi makanan ringan yang renyah dan gurih. Di tangannya, limbah bonggol pisang bisa menjadi bahan pangan alternatif yang bernilai ekonomis. Lalu siapakah sebenarnya Hera Wijaya yang bisa memberdayakan limbah bonggol pisang menjadi produk yang laku dijual dan menghasilkan pundi-pundi uang?
Mengenal Hera Wijaya
Hera Wijaya merupakan warga Desa Pringgacala Kecamatan Karangampel Kabupaten Indramayu. Pemuda lulusan Universitas Muhammadiyah Cirebon ini berhasil mengolah limbah bonggol pisang menjadi aneka macam makanan yang dikemas dalam kemasan ciamik.
Berawal dari tugas membuat produk ketika mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa di kampusnya, Hera mengolah limbah pohon pisang menjadi produk yang berdaya guna. Idenya berawal dari banyaknya bonggol pisang yang dibuang sembarangan dan limbah tersebut kerap menyebabkan banjir di daerahnya.
Hera kemudian berpikir bagaimana caranya memanfaatkan limbah bonggol pisang supaya bisa dikonsumsi dan bernilai jual. Motivasi terbesar bagi Hera dalam mengembangkan produk dari limbah bonggol pisang yaitu kebermanfaatan dan dampak positif untuk lingkungannya.
"Bisnis ini tidak sepenuhnya profil oriented. Namun lebih fokus pada dampak sosial yang diberikannya. Dalam prosesnya selalu ada alokasi dana untuk pengembangan dan pelatihan bagi warga sekitar. Selain itu dalam menjalankan program-program soalnya, Bongsang tidak mengandalkan dana dari dinas," kata Hera yang bercerita tentang bisnis olahan bonggol pisang.
Hera Wijaya mengolah limbah bonggol pisang menjadi camilan renyah (sumber: radarindramayu. disway.id) |
Memanfaatkan Limbah Bonggol Pisang
Wilayah tempat tinggal Hera terkenal sering dilanda banjir. Selain curah hujan di atas ambang normal hingga mencapai 400 mm per bulan, banjir di daerahnya ternyata juga diperparah dengan banyak sampah yang menyumbat aliran sungai di Kecamatan Krangkeng.
Masalahnya warga di sekitar tempat tinggal Hera kerap membuang bonggol pisang yang sudah tidak dimanfaatkan lagi, ke sungai dan saluran irigasi. Akibatnya sungai dan saluran irigasi dipenuhi oleh sampah bonggol pisang. Saat curah hujan tinggi, air meluap dan banyaknya sampah hingga menyebabkan datangnya banjir.
Hera yang menemukan permasalahan limbah bonggol pisang sebagai penyebab banjir di daerahnya, kemudian berpikir keras untuk mencegah banjir dengan mengurangi limbah dan mengolahnya.
"Saya ingin memanfaatkan bonggol pisang. Tapi belum tahu, bonggolnya mau dibuat apa karena basic saya bukan pangan, melainkan informatika," tutur Hera dalam suatu wawancara.
Bonggol pisang memang tidak mudah diolah menjadi produk makanan karena teksturnya keras, mengandung kadar air yang tinggi, dan banyak getah.Namun rasa penasaran yang tinggi membuat Hera terus berusaha mencoba mengolah bonggol pisang menjadi bahan makanan. Dia menelusuri caranya di google, melakukan riset, dan trial and error sendiri sambil menjalani kuliahnya. Ketika melakukan riset, Hera menghubungi teman-temannya yang ahli di bidang olahan makanan.
Hingga menjelang kelulusannya, Hera berhasil menemukan formula, resep keripik dan kerupuk dari bonggol pisang. Produk hasil olahannya tersebut diberi nama Bongsang yang artinya bonggol pisang.
Bahan baku camilan dari bonggol pisang (sumber: news.republika. co.id/ |
Keberhasilan Hera membuat olahan makanan dari bonggol pisang menambah semangat dia untuk membuka usaha olahan dari bonggol pisang. Untuk itu dia membutuhkan bahan baku yang tidak sedikit. Dan demi memenuhi kebutuhan bahan baku, akhirnya Hera merangkul petani pisang yang ada di daerahnya sebagai mitra usaha.
Namun dalam kenyataannya masih banyak petani pisang yang tidak paham mengenai manfaat bonggol pisang. Hal ini membuat Hera harus melakukan pendekatan kepada petani yang rata-rata sudah tua, supaya tidak membuang bonggol pisang sembarangan.
Para petani yang bergabung menjadi mitranya berasal dari sejumlah desa, seperti Desa Pringgacala, Juntinyuat, dan Benda. Secara rutin para petani itu menyetorkan bonggol pisang sebanyak enam kali dalam sebulan. Rata-rata bonggol pisang yang disetorkan beratnya 100 kilogram. Dan harga perkilonya sekitar Rp. 5.000.
Aksinya merangkul petani pisang ini tidak hanya memudahkannya memperoleh bahan baku Bongsang tetapi juga bisa menyelamatkan lingkungan. Kini lingkungan sekitarnya bebas dari sumbatan bonggol pisang dan terhindar dari banjir parah.
"Program ini sama-sama menguntungkan. Bagi petani bisa menambah penghasilan dari limbah pohon pisang dan saya juga terbantu untuk bahan baku Bongsang. Lingkungan pun terselamatkan dari banjir akibat limbah bonggol pisang. Sebenarnya banjir memang masih tetap terjadi tetapi tidak parah, hanya semata kaki," ujar Hera.
Dari usahanya mengolah limbah bonggol pisang, Hera bisa mengolah 500 kg bonggol pisang dan menghasilkan produk Bongsang kurang lebih 1.500 pcs dalam waktu sebulan. Harga Bongsang sendiri mencapai Rp 15.000.
Memberdayakan Remaja Putus Sekolah
Dalam proses pengolahan Bongsang, Hera dibantu oleh sejumlah remaja putus sekolah yang ada di lingkungannya. Remaja yang menjadi karyawan Hera, ada yang hanya lulusan sekolah dasar (SD), ada juga yang sekolah sampai kelas 1 SMP.
Selain merekrut remaja putus sekolah sebagai karyawannya, Hera juga memberikan pelatihan cara mengolah bonggol pisang untuk remaja putus sekolah di daerahnya. Pelatihan itu dilakukan setiap satu pekan sekali. Dia juga kerap mengundang mahasiswa yang berasal dari Indramayu dan kuliah di luar kota. Para mahasiswa itu memberikan pelatihan komputer hingga bahasa Inggris. Dengan memberikan berbagai pelatihan, Hera berharap semua remaja putus sekolah yang ada di daerahnya bisa memiliki penghidupan yang lebih baik.
Apresiasi SATU Indonesia Award (SIA)
Keberhasilan Hera Wijaya meningkatkan ekonomi warga sekitarnya dengan mengolah limbah bonggol pisang dan memberdayakan pemuda putus sekolah, membuat dia menjadi salah satu penerima apresiasi SATU Indonesia Award (SIA).
Penghargaan Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Award ini diberikan kepada generasi muda yang menjadi pelopor dan melakukan perubahan positif bagi masyarakat yang ada di sekitarnya, baik itu di bidang lingkungan, pendidikan, kesehatan, kewirausahaan atau teknologi.
Meskipun telah memperoleh penghargaan SIA dari PT. Astra Internasional Tbk, Hera mengaku masih mempunyai mimpi yang belum diwujudkan. Dia ingin membangun sentra bonggol pisang supaya bisa menjadi tempat wisata. Semoga harapannya bisa segera tercapai.
Kisah perjalanan Hera Wijaya yang peduli dengan lingkungan dan memberdayakan remaja putus sekolah di daerahnya diharapkan bisa menjadi inspirasi bagi generasi muda lainnya. Kita bisa memperoleh wawasan bahwa limbah bonggol pisang yang merusak lingkungan ternyata bisa dimanfaatkan menjadi olahan produk makanan dan menghasilkan pundi-pundi rupiah.
Semoga bermanfaat.
Referensi:
https://anugerahpewartaastra.satu-indonesia.com/2024
https://radarindramayu.disway.id/read/63568/kisah-inspiratif-pemuda-yang-nyaris-gagal-kuliah-raup-puluhan-juta-sebulan-dari-limbah-bonggol-pisang
https://edukasi.kompas.com/read/2022/04/03/120426371/olah-bonggol-pisang-jadi-kerupuk-lulusan-smk-raih-omzet-jutaan
10 Komentar
Kalau dioleh dengan tangan yang tepat, disertai inovasi dan teknologi semuanya dari yg tidak mungkin jadi mungkin ya. Ini bedogol pisang, jaman saya di kampung mana ada terbayang bisa dimakan. Lah sekarang malah bisa jadi cemilan yg naik kelas...
BalasHapusKeren banget ini Hera Wijaya
Keren banget bisa nemu cara mengonsumsi bonggol pisang. Salut sih bisa kepikiran gitu. Sekalian mengurangi banjir, ya.
BalasHapusWah keren banget, biasanya bonggol pisang ini dibuang gitu aja, tapi ternyata bisa dimanfaatkan sebagai camilan dari bonggol pisang ya.
BalasHapusHera Wijaya sangat menginspirasi nih, semoga semakin banyak yang mengikuti jejaknya demi keberlangsungan lingkungan hidup
lho saya baru tahu kalau bonggol pisang bisa dijadikan cemilan, waduh ternyata pohon pisang ini bisa di manfaatkan hampir keseluruhannya ya
BalasHapus
BalasHapusMasya Allah, keren sekali kreativitas Mas Hera. Semoga jadi berkah berkelanjutan bagi kampungnya.
eh aku baru tau ternyata bonggol pisang juga bisa diolah jadi cemilan enak yaa, aku belum pernah cobain ih, jadi penasaran ingin cobain juga deh buat cemilan orang rumah juga hihihi
BalasHapusPisang ini praktis gak ada bagian yang gak terpakai yaa..
BalasHapusSemua bisa dimanfaatkan oleh manusia.
Alhamdulillah, dengan adanya pengelolaan limbah bonggol pisang, sehingga memberdayakan masyarakat sekitar untuk bisa sama-sama mengelola menjadi olahan pangan.
Suka banget sama filosofi "Bisnis ini tidak sepenuhnya profil oriented. Namun lebih fokus pada dampak sosial."
Wih, baru denger bisa jadi camilan ya? Kalau aku pernah diceritain sama alm bapakku , jaman penjajahan belanda, dimana semua makanan susah banget didapat, buanyak masyarakat di Jawa Timur yang makan bonggol pisang disayur, Mba
BalasHapusKeren si Bapak. Memanfaatkan bahan yang berlimpah dan menjadi camilan enak. Btw inovasi begini tuh dibutuhkan banget di saat masyarakat menemukan masalah lalu ada solusi. Suka dengan kemasan produknya yang sudah rapi dan modern.
BalasHapusSemoga makin banyak bermunculan pemuda seperti Hera Wijaya yg kreatif dan cerdas dalam mengelola sumber daya alam sehingga pemerintah terbantu setidaknya dalam urusan menjaga lingkungan sekaligus memperbaiki ekonomi masyarakat.
BalasHapusTerima kasih sudah berkunjung. Mohon tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar ya...